Senin, 02 November 2015

5. Berbuat benar dengan cara tidak berbuat salah sama dengan tidak berbuat benar.


5. Berbuat benar dengan cara tidak berbuat salah sama dengan tidak berbuat benar.

Menjadi baik dengan cara tidak menjadi jahat sama dengan tidak menjadi baik.

Jika engkau tidak melakukan yang salah, berarti engkau melakukan yang benar, bukan? Salah!

Tentu, ini tidak berarti bahwa jika engkau berbuat salah sama dengan engkau berbuat benar, atau adalah benar berbuat salah. Apa yang dimaksud di sini adalah engkau dapat berbuat baik di luar, tetapi salah di dalam. Dan itu tidak benar! Satu-satunya orang yang benar-benar melakukan apa yang benar adalah orang yang benar di dalam dirinya sama seperti di luar dirinya.

Pernahkah engkau mendengar tentang orang-orang Farisi? Apakah mereka benar atau salah? Yesus mengatakan beberapa perkataan yang pedas kepada orang-orang Farisi di dalam Matius 23:27,28. “Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran. Demikian jugalah kamu, di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan.”

Mana yang memberi kita pertanyaan penting. Sementara kita dapat setuju bahwa tujuan orang-orang Kristen adalah menjadi baik di dalam dan luar, andaikan engkau belum baik di sebelah dalam. Bukankah lebih baik sedikitnya engkau baik di sebelah luar, dan itulah yang terbaik yang dapat engkau lakukan? Bukankah lebih baik menjadi orang Farisi dari pada seorang biasa? Berhati-hatilah dengan jawabanmu.

Yesus berkata bahwa keagamaan orang Farisi belum tidak cukup untuk kehidupan kekal. “Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam kerajaan Surga.” Maka sebaik apapun kebaikan-kebaikan luar, tidak ada manfaatnya bagi keselamatan.

Kita bisa membaca Steps to Christ, hlm. 44. “Ada orang-orang yang mengaku melayani Allah, sementara mereka bergantung pada usaha-usaha mereka untuk menuruti hukum-Nya, untuk membentuk tabiat yang benar, dan memperoleh keselamatan. Hati mereka tidak digerakkan oleh dalamnya kasih Kristus, tetapi mereka berusaha untuk melakukan kewajiban dari kehidupan Kristen sebagaimana yang dituntut Allah dari mereka untuk memperoleh surga. Agama yang seperti itu tidak ada nilainya.” Maka sebaik apapun kebaikan luar, tidak ada manfaatnya bagi keagamaan. Tidak ada nilai yang terdapat di situ.

Dalam Wahyu 3 ada pekabaran khusus kepada gereja pada masa sebelum Yesus datang kembali. “Aku tahu segala pekerjaanmu; engkau tidak dingin dan tidak panas. Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas! Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku. Ayat 15, 16. Maka sebaik apapun kebaikan luar itu, hal itu lebih buruk pada pemandangan Allah dari pada tidak ada kebaikan sama sekali! Dia bahkan lebih suka dingin dari pada suam-suam kuku!

Kebaikan yang hanya bersifat lahiriah adalah menjijikkan bagi Allah. Dia tahu bahwa orang yang berdosa secara terang-terangan lebih mudah dijangkau dengan kabar baik keselamatan dari pada orang yang merasa tidak membutuhkan. Orang-orang yang sukses menjadi baik di sebelah luar dengan usaha mereka sendiri dijauhkan dari kebutuhan akan seorang Juruselamat. Dan karena mereka tidak merasakan kebutuhan itu, mereka tidak datang kepada Kristus untuk menerima keselamatan yang rindu Dia berikan.

Adalah mungkin untuk mengisi jemaat dengan orang-orang kuat yang mampu menghasilkan kelakuan yang dituntut oleh gereja. Dan kelakuan yang sangat mereka banggakan itu menjadi penghalang yang memutuskan hubungan pribadi dengan Yesus Kristus.

Jika kita benar-benar mempercayai hal ini, jika kita benar-benar menerima thesis yang menyatakan bahwa kebenaran sebelah luar tidak hanya tak bernilai pada pemandangan Allah, tetapi sebenarnya juga memuakkan bagi-Nya, kita akan berhenti berusaha melakukan apa yang benar! Malah, kita akan menggunakan waktu kita dan tenaga dan usaha untuk mencari Dia, sehingga Dia boleh datang dan menghidupkan kehidupan-Nya di dalam diri kita.


Apakah ini menakutkan bagimu? Apakah engkau takut menyerah berusaha untuk melakukan apa yang benar? Apakah engkau mau menggunakan usahamu untuk menerima kebenaran-Nya hari demi hari dalam hubungan yang terus-menerus dengan-Nya? Jika engkau merasa gelisah di sini, bertanya-tanya dari mana datang-nya tingkah laku, segeralah baca thesis berikutnya. Thesis itu mulai dengan, “Kebenaran akan membuatmu bermoral.” Segeralah sekarang, lanjutkan ke halaman berikutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar